Rabu, 23 Mei 2012

Cloud (2)

  Aku memasuki rumah dan melihat sekeliling rumah. Sepi. Aku mendesah pelan dan berjalan ke kamar. Berusaha menghilangkan rasa capek dan menghalau rasa sepi yang selalu menyerangku setiap kali aku pulang ke rumah. Tiba - tiba, telpon rumah berbunyi. Dengan gesit aku langsung berlari dan menyambar gagang telepon sebelum sang penelfon mematikan panggilannya.     " Halo " Terdengar suara wanita di ujung sana.
  " Ah! Mama " Sapaku semangat. 
  " Dyee, Mama lagi sibuk banget nih, ga bisa ngobrol lama - lama. Mama cuma mau bilang, nanti kamu ada les matematika ya. Jangan lupa! Nanti Papa yang jemput " Kata Mama tegas. Aku langsung terdiam, menelan semua curhatan yang mau ku limpahkan ke Mama. 
  " Les lagi Ma? " Tanyaku tak bersemangat.
  " Iya. Cepat kamu siap - siap. Aduh, Mama lagi sibuk nih. Udah dulu ya! Bye " Sambungan langsung terputus. Aku mencibir sambil menatap gagang telefon yang ada di tangannya.
  BOSAN!!!!!
***
  Esoknya...
  Kelas kembali ribut hari ini. Kebetulan guru - guru sedang rapat jadi kami tidak belajar lagi. Entahlah, sepertinya guru - guru sedang demen rapat. Hari ini agak berbeda dengan kemarin. Ogit, profokator keusilan anak sekelas, membuat kehebohan lagi. Hari ini dia mengadakan polling Artis terfavorit. 
NOMINASI ARTIS TERFAVORIT :
  - Reaza Perkasa feat 2 purple
  - Gaza Bieber
  - Fity Pastel
  - Anggle Monica
  - Ogitsyah Reza

  Untuk yang bagian bawah tentu saja kena protes cewek - cewek di kelas karena wajah Ogit yang jauuuuuuuuuh banget dari Afgan. Ogit langsung nyengir, " Oke semua!! Kita lakukan polling sekarang!! Yang menang harus nyanyi " Satu kelas langsung ribut berbisik - bisik menentukan pilihan mereka. Maw, panggilan buat cowok paling tenang di kelas kami, bahkan sudah siap dengan rekaman HPnya. 
  Kesya menoleh ke aku dengan semangat, " Kamu pilih siapa Dye? " Tanyanya dengan tatapan berbinar.
  " Aku Golput aja lha " Kataku tak mau tahu. Aku lagi malas ngomong dan tidak ingin ambil andil dalam polling. Kesya mencibir dan langsung mengalihkan tatapannya ke Anggle.
  Anggle menekuk dahinya, " Kok aku ikutan jadi nominasi sih? " Keluhnya. Kesya tertawa tertahan. Anggle langsung memelototinya dengan sadis. Polling sudah berjalan, setiap orang disuruh memilih satu persatu, aku dengan terpaksa memilih Ogitsyah Reza karena ikut - ikutan yang lain. Setelah polling berakhir, akhirnya ditentukanlah bahwa pemenangnya adalah Ogit.
  Satu kelas tertawa keras lalu menyoraki Ogit untuk bernyanyi. Maw sudah bersiap - siap dengan kameranya, tidak ingin kehilangan kesempatan untuk meliput momen yang hanya ada sekali selama tahun ajaran kami. Bahkan anak - anak kelas sebelah yang tertarik dengan kehebohan kami ikut - ikutan menonton lewat jendela karena tidak diperbolehkan Reaza untuk menonton di bangku penonton (?). Katanya ini acara khusus anak kelas 8 Deatta.
  " Ogit! Cepet dong! Nyanyiin lagu Afgan! " Jerit salah satu cewek di kelas kami lalu tertawa centil bersama teman - temannya. Ogit menggeleng keras.
  " Ogit! Sportif dong! Kami ga bakal istirahat sebelum kamu nyanyi " Sahut Gaza sambil merapikan rambutnya. Poninya ia kibaskan ke samping dengan kibasan mautnya.
  Ogit cemberut lalu mulai bernyanyi. Hampir setengah kelas mulai terhanyut dengan lagu Ogit dan mulai menggoyangkan tangan mereka di atas kepala.  Aku geleng - geleng kepala sambil tersenyum geli. Kadang tingkah mereka bisa mengubah mood orang. 
  Kami yang sudah terhanyut oleh nyanyian Ogit tak menyadari bahwa sedari tadi ada yang menatap kami dari jendela dengan tatapan tak senang.


Cloud (1) : http://fenadye.blogspot.com/2012/05/cloud-1.html

Jumat, 18 Mei 2012

Cloud (1)

   Suasana kelas 8 Deatta sangat ribut. Seisi kelas berbagi kebahagiaan di setiap sudutnya, ada yang bergosip, curhat sampai main bola. Saat ini mereka sedang tidak ada guru, jadi --karena tak ingin menyia - nyiakan kesempatan-- mereka mengeluarkan segala kebisingan mereka. Reaza, sang ketua kelas, tampak tak berminat memanggil guru. Sekarang dia sedang asyik bermain gitar bernada romantis untuk menggoda      Anggle, cewek yang --gosipnya-- sudah ditaksirnya sejak MOS dulu sedangkan Anggle tampak ogah - ogahan sambil memainkan BBnya. 
   Aku menatap bosan ke arah mereka lalu menutup telinga dengan bete, berusaha meredam hiruk pikuk kelas yang benar - benar menggangguku. Tatapanku langsung tertuju pada Gaza yang sedang asyik merapikan rambutnya di depan cermin yang dipinjamnya secara paksa dari Arne. " Dasar cowok gokil! " Gumamku pelan. 
   " Dyera! Dyera! " Panggil Kesya. Aku langsung menoleh ke Kesya. Gadis mungil dengan tinggi kira - kira 148 cm ini sedang memandangku dengan cengiran lebar. 
   " Kenapa? " Tanyaku sambil mengerutkan kening. Biasanya kalau Kesya udah nyengir berarti bakal ada sesuatu yang buruk. 
   Dengan semangat Kesya mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sapu tangan warna hijau. Aku mendesah pelan, Hijau lagi?! " Liat nih! Kemarin aku jalan - jalan di Mall. Aku ketemu sapu tangan ini. Keren kan? " Aku melirik meja sekolahnya yang penghuninya berwarna hijau semua. Mulai dari pena, penghapus, tas, sampai papan namanya juga berwarna hijau. 
   " Kamu mau jadi pejuang Go Green ya? " Sindirku. 
   Kesya merengut lalu mulai menceritakan betapa indahnya warna hijau itu. Aku mendengarnya dengan ogah - ogahan. Kesya selalu memberikan ceramah khusus sama orang yang menyindir hobinya. Tiba - tiba, terdengar nyanyian Reaza yang kurang merdu. Dia menyanyikan lagu yang lagi Hitz saat ini. Lagu jodohku, katanya biar dia dan Anggle bisa romantis kayak penyanyinya. Aku tersenyum geli sambil menggeleng - gelengkan kepala. Sedikit bersyukur karena aku bukan Anggle. Beberapa siswa bersiul - siul memuji kegentle-an Reaza sementara yang siswi menyorakinya karena menganggap Reaza norak. Anggle mencibir lalu menengokku. " Dye, ke toilet yuk! " 
   Aku mengangguk lalu keluar kelas setelah terlebih dahulu meminta izin pada Reaza yang langsung di sambut tatapan kecewanya karena Anggle tak memperdulikan pengorbanannya (?). Kesya langsung mengejar kami dari belakang dengan membawa sapu tangan hijaunya. Katanya biar kayak orang Korea sama Jepang gitu kalau kemana - mana bawa sapu tangan. Aku sedikit ga percaya dengan alasannya, tapi sebodo amat. 

*** 

   " Kesya!! Pulang yuk! " Ajakku. Kesya menggeleng dan tetap duduk di depan kelas menatap ke arah kelas 9. 
   " Aku ga bakal pulang sebelum ketemu Bang Geza!! " Katanya tetep pada pendiriannya. Yaah, baru - baru ini Kesya naksir sama Bang Geza karena wajahnya yang rada mirip sama Kazama-kun, tokoh animasi yang difans-in Kesya. Aku menggelengkan kepala lalu menariknya secara paksa. 
   " Kesya! Bang Geza itu lagi ngikutin kelas tambahan! Ga mungkin kan kita nungguin dia di sini sampai jam 4 sore " Omelku pantang menyerah. Kesya menggeleng dan mempertahankan posisinya. Anggle langsung memasukkan buku ungunya ke dalam tas ungunya. Bisa dikatakan kedua teman dekatku ini memang penggila salah satu warna. Kesya hijau dan Anggle ungu. Kadang aku bingung sendiri kenapa aku bisa punya teman kayak mereka. 
   Reaza keluar kelas sambil menggenggam kotak pensil warna ungunya. Niatnya sih pengen samaan sama Anggle, tapi endingnya dia malah diejekin sama Anggle karena dibilang plagiat. Kasiaaaan. 
   " Kesh!! Kami pulang dulu ya! Kamu pulang sendiri aja! " Kata Anggle lalu berjalan keluar sekolah. Aku mengikutinya dari belakang. Kesya menatap kami dengan tatapan minta dikasihani dan menyusul kami dengan kesal. 
   Tanpa kami sadari, sedari tadi ada yang mengamati kami dari jauh

Kamis, 17 Mei 2012

Cloud

 Aku menatap langit lagi. Bukan sesuatu yang baru aku melakukannya, sudah sebulan lebih aku selalu melihat langit. Menurutku melihat pergerakan awan itu sangat indah, seakan mereka bebas bergerak kemanapun bersama angin. Aku jadi ingin menjadi seperti awan, lembut dan menenangkan. haah, harapan sia - sia. Aku membuang muka dan kembali menatap ke depan. Menatap jalanan tanah yang sepi, hanya sekitar 4-5 orang saja yang berlalu lalang dengan gerakan sedikit terburu - buru. Berjalan di jalanan kecil begini sudah pasti memperbesar kemungkinan tertabrak orang kalau jalanan ini ramai. 
  Rambutku bergoyang mengikuti arah angin, membuatnya semakin berantakan. Dengan geram aku merapikan rambutku dan kembali berjalan. Rumahku masih jauh, tapi aku sudah terlalu capek untuk berjalan. Pelajaran olahraga tadi sudah membuat kakiku sakit, kebetulan guru olahraga kami mendapat ilham untuk mengambil nilai lari maraton. Aku melengos dan berjanji dalam hati sesampainya aku di rumah aku akan langsung merebahkan diri di kasur, apapun halangannya.
  Tiba - tiba hujan gerimis turun, menambah kekesalanku yang sudah di ubun - ubun. Gerimis ini membuatku harus berjalan lebih cepat, melupakan kepegalan kakiku. Aku melangkah sambil mengeluh, lalu berusaha menenangkan diri untuk tidak mengeluh lebih banyak lagi kalau aku tak ingin membuat kekesalanku makin meningkat. Tiba - tiba ada yang memanggil namaku. Dengan cepat aku menoleh dan menatap orang yang memanggilku. Gadis berpayung ungu yang memakai seragam sekolahku. Aku tersenyum dan berlari ke arahnya, berniat berbagi payung dengannya.

Rabu, 16 Mei 2012

Perpisahan

setiap pertemuan pasti ada perpisahan, 

kalimat itu sering banget aku dengar. bener deh, biasanya yang bilang sih yang lagi pada galau *kenatabok*. aku sih setuju, habisnya aku udah sering ngalamin ._.

  Kejadiannya udah lama banget, sekitar 2 tahun yang lalu. waktu itu baru zaman zamannya hampir kelulusan SD.  aku inget banget waktu itu wali kelasku, Pak Sipri, datang ke kelas buat nanyain setiap murid habis lulus nanti mereka mau masuk SMP mana. jelas aja hampir separuh kelas langsung nyahut SMP Yos Sudarso ( Contohnya : Putri, Roma, William ) pas itu aku jawab " SMPN 3 " dengan bimbang #seaaa. Alhasil, aku dapat pelototan sadis dari William. tapi endingnya, seperti yang udah di tebak. aku tetap masuk SMPN 3.

  Pas itu padahal aku udah janji sama Putri buat masuk SMP Yos bareng - bareng. bahkan janjian bakal masuk kelas mana ( yang ternyata kami beneran masuk kelas itu ). dan pada akhirnya ( seperti yang di ketahui ) aku masuk SMP yang beda dari dia, tapi demi menjalin persahabatan karib kami dan membuktikan kalau aku adalah seorang " Faithful Friend " sampai sekarang kami tetap komunikasi. lain cerita sama Roma, kami pertama kali kembali komunikasi tahun lalu. bagaimana ceritanya sampai kami bisa komunikasi lagi? ceritanya panjang, jadi ga usah di ceritain di sini.
  Kembali ke topik, banyak orang yang benci dengan perpisahan dan aku juga. kadang berpikir, buat apa kita bertemu seseorang kalau pada akhirnya bakal berpisah juga? sebenarnya salah juga kalau berpikiran seperti itu. kalau misalnya kita ga bertemu sama orang itu mungkin saja hidup kita bakal beda, mungkin saja kita ga bakal seperti ini, atau mungkin saja kita ga bakal punya kenangan seindah ini karena dia. setiap orang pasti punya arti bagi kita, walaupun ga benar benar khusus dan suatu waktu nanti bakal kita lupakan.
  Aku kadang berpikir, kalau misalnya 8 tahun yang lalu aku ga masuk SD Yos, apa aku bakal kenal yang namanya Putri, Roma, William? kemungkinan besar memang ga bakal, tapi mungkin kita pasti bakal bertemu mereka secara tak sengaja. misalnya : aku jalan di samping Putri pas lagi jalan - jalan di Mall, aku ngantri di belakang Roma pas lagi belanja atau aku ga sengaja nabrak William pas lagi jalan. yang pasti intinya bertemu.
  Yang pasti yang namanya Perpisahan itu pasti rasanya pahit banget deh. 

  tapi aku percaya, di setiap pertemuan pasti ada artinya.
Hello! Welcome to Deyeo'si's Kingdom | Trifena | Thanks