Aku menyeka keringatku dengan punggung tangan sambil mengeluh. Rasanya badanku akan meleleh, Indonesia sedang musim kemarau dan kamu tau sendiri apa yang terjadi ketika matahari sedang dalam masa berjayanya. Hari ini aku sudah kelas 3 SMA. hahaha, hebat kan aku sudah besar. Kalau soal kuliah aku sudah memikirkannya sejak dulu, aku akan masuk universitas alumni kakakku. Walaupun itu universitas swasta dan biayanya mahal, tapi sebodo amat.
Kalau ngomongin soal kuliah, aku jadi ingat kejadian beberapa tahun yang lalu.
***
Aku melihat kakakku dengan deg deg-an. Hari ini pengumuman UMB universitas negri yang dia ingini. sebulan lalu dia sudah menjalani semacam test yang aku ga tau maksudnya apa. Kakakku sudah bersiap dengan komputer di rumah. Papa Mama berdiri di samping kiri dan kanannya. Mama mengelus punggung kakak agar kakak menjadi sedikit tenang. Aku tau kalau kakak takut sekali.
Kakakku itu orang yang cukup pintar dan optimis. Ia selalu menganggap semua ada jalannya. Dia bahkan sudah siap gagal. Tapi ku doakan dia berhasil untuk kali ini. Selama hidupnya, kakakku sudah 2 kali gagal besar. Pertama saat dia lomba menyanyi se-nasional sewaktu masih SD dan gagal masuk SMA favorit yang ingin ia masuki sejak masih SD ( ya, SMA yang aku masuki sekarang ini ).
Dengan tegang, Papa membuka website pengumuman UMB. Setelah keluar website-nya, kakakku dengan hati - hati mengetik nomor ujiannya. Aku menatap layar dengan deg deg-an yang luar biasa. Tiba - tiba, Mama dan Papa menatap kakak dengan muram. Aku yang sedari tadi duduk di kursi mulai berdiri dan melihat ke layar komputer. Tulisan BELUM BERHASIL terpampang jelas di layar komputer kami. Seketika itu juga aku menangis. Aku bukannya sok dramatis, tapi aku tau seberapa besar keinginan kakakku untuk masuk universitas ini. Dia benar - benar ingin masuk universitas ini sejak SMP. Ia sudah belajar dengan sungguh - sungguh, setiap hari dia bertanya padaku apakah ia akan masuk universitas itu. Aku hanya mengangguk walaupun dalam hati sedikit ragu.
Kakak menatap murung layar komputer lalu meminta maaf kepada Papa dan Mama. Papa dan Mama mengangguk, Mama juga menangis sepertiku walau tak sebanjir air mataku. Papa memberikan motivasi singkat untuk membangkitkan semangat kakakku. Beruntunglah nun jauh di sana, ada universitas swasta yang cukup baik menerima kakakku lewat jalur prestasi, itu lho, karena dia sempat membawa nama harum provinsi kami di Indonesia sewaktu SD. Yah, udah diterima sejak berbulan - bulan lalu sih.
Aku masih ingat ketika kakak balik badan dan tersenyum padaku sambil bilang, " Kakak gagal. Maafkan kakak ". Air mataku makin tumpah ruah, aku tau kakakku hanya berpura - pura kuat. Hari - hari selanjutnya TERLIHAT berjalan seperti biasa, pernah beberapa kali aku melewati kamar kakakku, terdengar tangisnya. Pasti ini berat untuknya. Seminggu kemudian kakakku berangkat ke universitas swasta-nya.
***
Aku menghela nafas lalu membanting tubuh di sofa. Dulu kakakku tampak seperti orang yang selalu gagal. ya, itu DULU. Sekarang...
Aku menghidupkan TV. Lalu tampak seorang wanita dan seorang lelaki sedang membawakan berita. Pembawaan mereka sangat santai dan menyenangkan, sehingga yang menonton berita ini bukan hanya orang tua saja, bahkan anak muda pun suka menonton acara berita ini karena kata mereka pembaca beritanya sangat ceria dan fresh. Pembawa acara Wanita tertawa dengan anggun lalu lanjut membacakan berita. Aku tersenyum bangga. Bagaimana tidak, itu adalah kakakku. Kakakku yang dulu gagal, kakakku yang selalu tersenyum walaupun ia suka menangis diam - diam, kakakku yang optimis.
Sekarang dia menjadi orang yang luar biasa. Ia bukti nyata seorang yang pantang menyerah. Dialah yang memberiku bukti bahwa gagal bukan akhir dari segalanya.
Inilah kakakku yang luar biasa. Aku sayang kakakku :)